Selasa, 24 Februari 2009

AMBULANCE BSMI SURABAYA SIAGA DI MEDAN BENCANA

Siaga di Medan Bencana

Bencana datang kembali. Tim tanggap bencana BSMI Surabaya kembali menyiagakan seluruh kekuatan. Termasuk ambulans BSMI. Mobil mercy putih yang bertuliskan ambulans BSMI memang spesialis diterjunkan di medan bencana. Mulai dari Tsunami di Aceh, gempa di Yogyakarta, hingga banjir besar di Jawa Timur awal tahun lalu. Ambulans BSMI membawa relawan medis dan bantuan bagi korban bencana banjir Jawa Timur. Jalanan yang masih tergenang air banjir mulai dari Ngawi, Madiun, Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik pada Desember 2007-Januari 2008 dilaluinya untuk mengantar tim medis dam bantuan. Jalanan berlumpur akibat banjir besar di Pasuruan dan Situbondo bulan Februari lalu juga dilalui ambulans BSMI Surabaya.

Pernah pada suatu kesempatan, di awal Maret tahun lalu, tim medis dan bantuan BSMI Surabaya harus menyeberangi sungai di daerah Widang Tuban. Ambulans terpaksa berhenti di ujung sungai, sementara dokter dan relawan serta bantuan diangkut melalui perahu sampai ke desa-desa di Widang.

Saat banjir bandang melanda Situbondo, Februari tahun lalu, kendaraan BSMI ini lalu lalang membawa bantuan medis dan makanan dari kecamatan Situbondo kota sampai kecamatan Panarukan. Lebih dari 1000 korban banjir mendapat bantuan yang diangkut oleh mobil BSMI.

Untuk evakuasi, ambulans BSMI Surabaya juga melakukan tugas evakuasi. Korban yang membutuhkan perawatan lanjutan, mendapat pelayanan evakuasi untuk dibawa ke tempat perawatan medis. Alat-alat evakuasi seperti kursi roda, tandu, tempat tidur, oksigen, obat-obatan juga disiapkan didalam ambulans.

Sepertinya medan bencana yang berat, seperti banjir bandang, atau lumpur yang berserakan dijalan, siap diterjang oleh ambulance BSMI. Petugasnya, mulai dari driver, dokter jaga sampai petugas obat kini telah disiagakan untuk hadapi kemungkinan bencana yang datang, khususnya di Jawa Timur.

Selain ambulans, perlengkapan penanggulangan bencana BSMI sudah disiagakan, mulai dari perahu karet, mobil dapur umum, alat evakuasi, logistik dan perlengkapan medis.(zakaria/bsmi-surabaya)

Minggu, 08 Februari 2009

RELAWAN BSMI JADI KORBAN PENIPUAN TARIF DI MESIR

BSMI SURABAYA PEDULI KEMANUSIAAN

Relawan Indonesia Jadi Korban Tarif di Mesir
Sriwijaya Post - 31/1/2009 14:33 WIB

KAIRO, SABTU — Para relawan Indonesia yang melaksanakan tugas bantuan kemanusiaan maupun wartawan yang meliput krisis di Jalur Gaza, Palestina, mulai merasakan dampak nakalnya para sopir taksi di Rafah, Mesir. Para relawan dan wartawan Indonesia ini biasa terlibat mobilitas kerja dengan sarana transportasi di yakni Rafah, kini menjadi pusat kesibukan antarbangsa itu.

Wartawan ANTARA, Sabtu (31/1) dinihari, melaporkan, sejumlah relawan dan wartawan Indonesia mengeluhkan bahwa mereka menjadi korban sopir taksi yang belakangan sering ngemplang harga terhadap warga asing yang berkegiatan di Kairo, El-Arish dan Rafah, perbatasan Mesir-Jalur Gaza.

"Biasanya tarif dari El-Arish ke Kairo hanya 200 atau 250-an ’pound’ (poundsterling Mesir), masa hari ini kami diminta bayar tarif 450 ’pound’," kata dr Basuki Supartono dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), yang pada Jumat (30/1) siang waktu setempat pulang dari Jalur Gaza menuju Kairo.

Kurs 1 "pound" Mesir saat ini berkisar Rp 2.000 hingga Rp 3.000. BSMI adalah salah satu organisasi kemanusiaan yang pada pekan ini kembali mengirimkan relawannya masuk ke Jalur Gaza untuk membantu menangani warga Palestina yang mengalami korban luka di Gaza akibat serangan Israel.

Supartono mengemukakan, setelah sempat bersitegang dengan sopir taksi karena masalah tarif yang membengkak dua kali lipat dari harga umum itu, dirinya terpaksa mengancam untuk membawa kasus itu kepada polisi Mesir. "Setelah saya sampaikan agar lebih baik persoalan itu diselesaikan di kepolisian, ternyata sopir itu takut dan akhirnya minta dibayar harga normal 200 ’pound’," katanya.

Jika Basuki Supartono berhasil lolos dari jerat kemplangan sopir Mesir maka nasib lebih buruk dialami Ir Bedi Abed Abdad, anggota tim teknik dari organisasi relawan Medical Emergency Rescue Commitee (MER-C) Indonesia. Ketika naik dari Wisma Nusantara—sebuah gedung yang dikelola mahasiswa Indonesia di Kairo dan terletak di pinggiran kota—untuk menuju ke Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), Abdad dipaksa membanyar 50 "pound" dari tarif biasanya yang hanya 20 "pound" dan paling mahal 25 "pound".

"Awalnya harganya sudah disepakati 30 ’pound’, tapi setelah sampai di depan KBRI Kairo, dia (sopir) minta harga 50 ’pound’. Sopir itu tidak mau membuka bagasi sebelum dibayar 50 ’pound’. Itu jelas sudah kelewatan, dugaan saya mereka mulai melihat peluang mendulang rezeki dengan banyaknya kehadiran orang asing yang belum punya gambaran mengenai tarif kendaraan," katanya.

Pengalaman sama juga dialami wartawan Indonesia Firtra Ratory yang bekerja di TV One, yang bahkan membayar hingga lebih dari tiga kali lipat. "Beberapa kali naik taksi dari Kairo-El Arish-Rafah, tarifnya selalu beda-beda," katanya.
Menurut Syamsul dan Fathur, dua staf lokal di KBRI Kairo, cara tidak jujur dari sopir taksi di Mesir itu sering dilakukan kepada warga asing dengan memanfaatkan persoalan bahasa. "Karena (relawan dan wartawan Indonesia) banyak yang tidak paham bahasa Arab, mereka memanfaatkan untuk ngemplang tarif," katanya.

Untuk itu, keduanya meminta agar para relawan dan wartawan Indonesia meminta informasi terlebih dahulu mengenai gambaran harga pada lokasi-lokasi yang hendak dituju. "Setidaknya, akibat kasus-kasus itu semestinya bisa menjadi rujukan bagi tim-tim lainnya yang akan mengemban misi ke Jalur Gaza dan harus melalui pintu masuk Mesir ini," katanya.

sumber : antara

TIM BSMI TAHAP 3 MASUK GAZA

BSMI SURABAYA PEDULI KEMANUSIAAN
Tim Ketiga KNRP Menuju Gaza

CAIRO – Rombongan Tim Kemanusiaan Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) yang terdiri dari tujuh orang dokter, empat asisten medis, dan dua relawan tiba di Cairo, Rabu (4/2) dini hari tiba di Cairo, Mesir untuk kemudian menuju Gaza. Tim KNRP yang terdiri atas sejumlah lembaga kemanusiaan nasional seperti PKPU, Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Wahdah Islamiyah, dan Dompet Dhuafa, akan menggantikan tim dokter dan relawan medis yang sudah lebih dari sepekan berada di Gaza. Tim KNRP sebelumnya akan keluar dari Gaza hari Rabu sore ini menuju Cairo dan kemudian kembali ke Jakarta.

Ketua Tim KNRP Suryama M Sastra mengatakan, tim yang baru datang merupakan tim ketiga. Sebelumnya, ketika awal-awal penyerbuan militer Israel ke Jalur Gaza, KNRP mengirim dua orang observer untuk menjajagi berbagai kemungkinan menyalurkan bantuan, baik bahan makanan, obat-obatan, dan peralatan medis lainnya seperti ambulan, kursi roda, dan lainnya. Hingga saat ini KNRP melalui BSMI sudah menyumbangkan tiga unit ambulan. Kemudian juga obat-obatan dan peralatan medis senilai lebih kurang Rp. 10 miliar.

"Tim yang sekarang datang menggantikan mereka yang sudah sepekan bekerja di Gaza," kata Suryama, yang juga anggota Komisi I DPR RI, di Cairo, Rabu (4/2).

Suryama menjelaskan, misi tim KNRP kali ini selain membantu secara medis rumah-rumah sakit di Gaza, juga akan mendirikan rumah sakit lapangan. Hal ini mengingat minimnya fasilitas perawatan kesehatan bagi warga Palestina yang menjadi korban serangan Israel. Sementara jumlah korban yang memerlukan penanganan intensif demikian banyak.

Saat ini tim KNRP menunggu ijin untuk bisa masuk ke Gaza. Namun imbauan dari otoritas setempat yang mengimbau relawan asing, termasuk dari Indonesia untuk meninggalkan Gaza membuat tim KNRP tertahan untuk masuk ke Gaza.

Tim ketiga KNRP ini menurut rencana akan berada di Gaza selama dua pekan hingga satu bulan. "Kita lihat situasi di lapangan. Rencananya dua minggu sampai satu bulan tim di sana (Gaza)," imbuh Suryama.(Hartono (Media Officer Tim KNRP)

BSMI : Palestina Butuh Bantuan Aplikatif

BSMI SURABAYA PEDULI KEMANUSIAAN

Sabtu, 7 Februari 2009 | 20:46 WIB KOmpas

JAKARTA, SABTU - Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) mengajak rakyat Indonesia untuk senantiasa mendukung perjuangan rakyat Palestina. Dukungan dan bantuan yang diberikan dapat berupa materil maupun moril, tetapi bentuknya haruslah aplikatif.

Demikian dikatakan Ketua BSMI, Basuki Supartono, saat konferensi pers kepulangan tim relawan mereka dari Gaza, Palestina, Sabtu (7/2). Basuki, menyatakan pemberian bantuan jangan hanya sekedar kegiatan seremonial saja, namun harus sangat aplikatif seperti pemberian beasiswa untuk anak-anak Palestina.

Basuki juga menghimbau dunia internasional agar membuka perbatasan ke Palestina. "Jika blokade dibuka oleh Israel, maka pembangunan dalam rekontstruksi dan rehabilitasi bisa berjalan lancar." ujar Basuki.

Menurutnya banyak rumah sakit yang tersendat pembangunannya karena kesulitan bahan-bahan bangunan seperti semen dan bata akibat dari blokade selama ini. "Palestina itu bukan negara yang alamnya bisa menghasilkan material-material bangunan seperti semen," katanya saat menjelaskan efek dari blokade yang terjadi.

Terakhir ia juga menyampaikan pesan kepada para wartawan. "Pesan dari teman-teman di sana untuk membantu menginformasikan berita yang sebenar-benarnya" ujarnya.

BSMI Akan Fasilitasi Beasiswa untuk Warga Gaza

BSMI SURABAYA PEDULI KEMANUSIAAN

JAKARTA- Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) berjanji akan memfasilitasi warga Gaza-Palestina yang ingin belajar di Indonesia. Beasiswa tersebut adalah untuk dokter dan pekerja medis di rumah sakit untuk kuliah pasca sarjana di Indonesia.

Basuki Supartono, Pimpinan rombongan relawan BSMI ke Gaza, mengatakan tujuan beasiswa tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. “Rumah sakit disana secara teknis medis sudah bagus namun manajemen belum bagus,” katanya. Kini BSMI sedang berusaha mengurus perizinannya ke Indonesia.

Hal ini adalah salah satu program BSMI untuk warga Gaza, dalam rangka menyalurkan bantuan dari masyarakat Indonesia sebanyak Rp 6 miliar per 3 Februari.Selaiin beasiswa, BSMI juga berjanji untuk tetap mensupport perjuangan dan dana Palestina hingga setahun ke depan. “Kami juga akan memberikan dana untuk infrastruktur yang rusak serta melakukan komputerisasi di rumah sakit,” katanya.

Basuki bahkan menegaskan bahwa BSMI akan mengusahakan agar masalah ini dibawa ke Komisi HAM Internasional. “Agar Israel diseret untuk menerima pertanggungjawaban,” katanya. Ia menerangkan hal ini dalam acara konferensi pers yang diadakan di kantor pusat BSMI, dalam rangka mennyambut kepulangan 11 orang relawan BSMI yang terdiri dari bidang medis dan logistik pada Sabtu (7/2).

Selama di Gaza, tim medis BSMI melakukan tugas-tugas kemanusiaan dan pemberian alat-alat medis. Para dokter dari BSMI turut membantu pasien, diantaranya dengan dengan melakukan operasi bedah tulang dan bedah umum di RS Asy Syifa. Selain itu mereka juga melakukan operasi katarak dan terapi avasin di RS Uyun di Gaza serta melakukan terapi kejiwaan di RS Psikiatri di Gaza.

Prita Kusumaningsih, dokter kandungan yang ikut berangkat menjelaskan bahwa persalinan yang biasanya mencapai 30-50 pasien per hari, kini angkanya menurun karena banyak kasus keguguran. Penyebabnya, menurut Prita, adalah karena debu-debu yang terlalu parah serta ketakutan psikis. Selain itu, karena sulitnya akses untuk menuju rumah skit banyak wanita yang melahirkan di camp pengungsian bahkan di tepi jalan.

Dadang Rukanta, dokter ortopedi, menambahkan bahwa terdapat tujuh buah RS Pemerintah di Gaza. Di RS Asy syifa sendiri terdapat enam kamar operasi dan selama lima hari kerja, para dokter dapat melakukan operasi hingga 60-90 kali. “Hebatnya semua gratis dari pemerintah,” katanya.

Sayangnya tim relawan ini harus rela meninggalkan Gaza karena pintu yang menghubungkan Gaza dengan Mesir sudah diblokade. Kepulangan mereka juga berdasarkan himbauan dari KBRI di Mesir, agar relawan Indonesia keluar dari Gaza terhitung mulai Jumat (5/2). Menanggapi hal ini, Basuki menyatakan sikapnya yang mengutuk blokade tersebut. Gencatan senjata, menurutnya, hanya omong kosong belaka jika blokade tidak dibuka. Maka BSMI terus mengimbau kepada dunia internasional agar membuka perbatasan ke Palestina.

“Jika blokade dibuka oleh Israel maka pembangunan dalam rekonstruksi dan rehabilitasi bisa berjalan lancar,” katanya. Menurutnya blokade juga akan mengakibatkan tersendatnya pasokan material dan alat medis. Ia pun mengungkapkan akibat ditutupnya perbatasan, sejumlah rumah sakit di Gaza terbengkalai. Ia mencontohkan rumah sakit bedah di Gaza yang sudah tiga tahun terbengkalai. BSMI juga akan menghimbau agar Israel dihukum sebagai kejahatan perang sebagai agresor ke Gaza Palestina. -C88/ah

sumber : republika.co.id

Perbatasan Mesir Ditutup, Tim BSMI Cari Akses Menuju Gaza

BSMI SURABAYA PEDULI KEMANUSIAAN

Tim Kemanusian Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) berupaya untuk mencari akses masuk ke wilayah Gaza tanpa melalui jalur perbatasan Mesir yang langsung menghubungkan ke wilayah Palestina. Hal ini sehubungan dengan dikeluarkannya imbauan Pemerintah Mesir yang menyampaikan bahwa batas waktu terakhir bagi warga asing (delegasi, wartawan, dokter, anggota parlemen, relawan kemanusiaan, dll.) untuk dapat segera meninggalkan Jalur Gaza dan kembali ke Mesir pada tanggal 5 Februari 2009.

"Kalau yang dipintu Mesir itu sudah pasti tanggal 5 sore ditutup, jadi alternatifnya melalui Israel, tapi permasalahannya, kita gak ada hubungan dengan Israel. Kita belum tahu perkembangan selanjutnya. kita masih mempunyai perwakilan BSMI di Kairo, yang baru datang kemarin, tentunya mereka akan mencoba masuk dari pintu lain. Mudah-mudahan ada jalan lain untuk masuk selain pintu Rafah," kata Ketua Umum BSMI dr. Basuki Supartono saat diwawancara radio swasta, di Jakarta, Kamis (5/2).

Menurutnya, akses masuk ke wilayah Gaza ada sekitar 5-6 pintu, namun hanya satu pintu saja yang berbatasan dengan Mesir langsung ke wilayah Palestina. Sehingga setelah tanggal 5 Februari hal ini akan menjadi masalah bagi relawan Indonesia yang akan menyalurkan bantuan, sebab Indonesia tidak mempunyai hubungan bilateral dengan Israel.

"Selama ini kan pintu yang berbatasan dengan Mesir dibuka, sehingga mungkin pihak Israel tidak dapat menguasai secara langsung. Mereka minta pintu itu ditutup, sebetulnya masih boleh bantuan kemanusian, tetapi harus melalui pintu yang langsung masuk dengan Israel," ujar dr. Basuki.

Mengenai bantuan kemanusian yang masih mengantri di Rafah untuk masuk ke wilayah Gaza, Ia menyatakan, dapat dipastikan bantuan dari negara Indonesia, yang terdiri dari obat-obatan dan alat operasi sudah masuk ke wilayah Gaza.

"Minggu lalu kami masuk dengan ambulans, dengan tim medis dan alat operasi sudah masuk semua. Begitu juga bantuan dari depkes sudah terdistribusikan dibeberapa unit dan rumah sakit di Gaza," jelasnya.

Melalui situs resmi Departemen Luar Negeri Indonesia, Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan himbauan kepada seluruh Warga Negara Indonesia yang saat ini berada di Jalur Gaza (Palestina) untuk keluar dari wilayah tersebut guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan mengingat belum kondusifnya situasi di wilayah tersebut.(novel)

sumber : eramuslim.com

Belum Genap Sehari Kepulangan, BSMI Kembali Memberangkatkan Relawan ke Gaza

BSMI SURABAYA PEDULI KEMANUSIAAN

(Jakarta) eramuslim.com.Tim relawan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) kembali ke tanah air usai melaksanakan tugas kemanusiaan di Gaza, Palestina Selasa (3/1). Relawan BSMI yang kembali ke tanah air adalah dr. Basuki Supartono, SpOT, FICS, MARS, dr. Prita
Kusumaningsih, SpOG dan M. Djazuli Ambari, Msi yang telah berada di Gaza sejak 10 hari yang lalu. Namun kepulangan tiga relawan diantisipasi oleh BSMI dengan mengirimkan kembali relawan tidak kurang dari tujuh jam sejak kedatangan relawan
yang kembali.

Hal itu diakui oleh ketua umum dr. Basuki saat tiba di bandara Soekarno-Hatta pukul 08.15. “Alhamdulillah, kami tiba sampai di tanah air dengan selamat. Namun, kepulangan kami tidak menyurutkan lembaga ini untuk mengirimkan kembali relawan 5 relawan BSMI yang diantaranya yaitu dr. Agoes Kooshartoro, SpPD, (ahli penyakit dalam) dr. Arif Basuki SpOT, (ahli bedah ulang) yang berangkat ke Palestina pukul 15.15,” tutur dr. Basuki. Selain relawan BSMI, juga turut relawan dari KNRP, PKPU, Dompet Dhuafa dan ACT dalam satu rombongan.

Sementara itu, selama di Gaza, relawan BSMI melakukan sejumlah tugas dan dan penyerahan bantuan kemanusiaan di beberapa rumah sakit dan klinik. Menurut dr. Basuki, RS yang bernaung para relawan medis untuk memberikan perawatan dan pertolongan seperti di RS Sl-Shifa, RS Uyun dan RS Psikiatri/Jiwa di Gaza. “Sebagai lembaga kemanusiaan yang selalu memberikan perhatian kepada keselamatan jiwa, relawan BSMI sangat gembira bisa membantu saudara-saudara kita yang menjadi korban keganasan Israel,” tutur dr. Basuki yang juga sebagai ketua umum BSMI.

Selain memberikan pertolongan medis kepada pasien, BSMI juga menyerahkan sejumlah bantuan medis. Diantaranya bantuan sejumlah obat-obatan dan perangkat medis dan operasi senilai Rp 500 juta untuk RS Al-Shifa yang sudah diterima oleh pejabat
administrasi RS setempat. Sebuah klinik terdekat di Gaza tidak luput dari BSMI untuk diberikan bantuan medis.

Saat ini, lanjut dr. Basuki, masih ada relawan BSMI yang masih di Gaza untuk melakukan sejumlah tugas kemanusiaan. Saat ini sejumlah relawan medis yang masih memberikan perawatan membantu pasien yang sedang memerlukan pertolongan.

Diantaranya adalah dr. Jamaluddin, SpM, mengoperasi pasien katarak di RS Uyun dan dr. Fuady Yatim, SpKJ di RS Psikiatri di Gaza. Sedangakan dr. Adang Sudrajat, dr. Dadang Rukanta, SpOT dan dr. Kiagus Erick, SpAn turut memberikan perawatan kepada pasien di RS Al-Shifa. (bsmi)

Tim Relawan BSMI di Gaza Kembali Ke Tanah Air

BSMI SURABAYA PEDULI KEMANUSIAAN

Jakarta - Relawan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) kembali ke tanah air usai melaksanakan misi kemanusiaan selama di Gaza Sabtu (7/2). Kepulangan relawan yang terdiri dari bidang medis dan logistik ini menyusul himbauan dari KBRI di Mesir agar ralawan medis Indonesia keluar dari Gaza terhitung mulai Jumat (5/2). Namun, empat relawan BSMI masih ada yang bertahan di Raffah, Mesir menunggu perkembangan di Gaza terkait meneruskan pengiriman bantuan-bantuan ke Gaza. Sedangkan sumbangan masyarakat yang terkumpul BSMI per 3 Februari adalah 6 milyar rupiah.

Pengiriman tim relawan ke Gaza dilakukan secara kontinu sejak perang berlangsung agresi militer Israel. Pertama, BSMI mengirimkan relawan bersama tim Depkes 1 Janauri sebanyak dua ahli medis ke Palestina. Kemudian BSMI kembali mengirimkan relawan sebayak 18 ahli medis dan logistik ke Gaza. Selain itu juga, BSMI mengirimkan kembali untuk ketiga kalinya relawan medis ke Jalur Gaza.

Selama di Gaza, tim medis BSMI melakukan tugas-tugas kemanusiaan dan pemberian alat-alat medis, diantaranya menyerahkan bantuan alat-alat medis. Relawan BSMI terdiri dari dr. Basuki Supartono, dr. Adang Sudrajat, dr. Dadang Rukanta, dr. Kiagus Erick, dr. Jamaluddin, dr. Prita Kusumaningsih, dr, Fuady Yatim, dr Sahudi, M. Djazuli dan M. Rudi turut membantu para pasien. Diantaranya dengan melakukan operasi bedah tulang dan bedah umum di RS Asy Syifa, operasi katarak dan terapi avasin di RS Uyun di Gaza, serta melakukan terapi kejiwaan di RS Psikiatri di Gaza.

Menurut dr. Basuki Supartono, selama di Gaza, BSMI menemukan bukti-bukti kekerasan Israel, diantaranya penggunaan bom fosfor putih yang telah dilarang oleh PBB. Bukti-bukti ini ditemukan pada sejumlah pasien yang sebagian besar adalah warga sipil yang mengalami luka bakar pada kulit hingga tulang. Bukti-bukti lainnya adalah tempat-tempat ibadah, baik masjid maupun gereja, yang hancur, juga mobil ambulans yang ringsek akibat dibom Israel.
Kualitas manajemen di RS di sekitar Gaza dibantu oleh BSMI sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien. Selain itu. sistem komputerisasi di RS perlu ada perbaikan-perbaikan sehingga data-data tersimpan dengan baik. Sistem keperawatan untuk menolong korban-korban di RS sekitar Gaza juga tidak berjalan maksimal sehingga perlu adanya perbaikan-perbaikan.

“BSMI terus mengimbau kepada dunia internasional agar membuka perbatasan ke Palestina. Jika blokade di buka oleh Israel, maka pembangunan dalam rekonstruksi dan rehabilitasi bisa berjalan lancar” ujar dr. Basuki Supartono. Menurutnya, rencana pembangunan rekonstruksi dan rehabilitasi akan kesulitan jika terus diblokade oleh Israel. Hal itu akan mengakibatkan tersendatnya pasokan material dan alat medis ke RS yang akan dibangun.

dr. Basuki mengungkapkan, akibat ditutupnya perbatasan, sejumlah rumah sakit di Gaza terbengkalai. Ia mencontohkan rumah sakit bedah di Gaza yang sudah tiga tahun terbengkalai akibat tidak adanya pasokan bahan bangunan dan alat-alat medis. BSMI juga akan menghimbau kepada Komnas HAM Internasional agar Israel dihukum sebagai kejahatan perang saat menjadi agresor ke Gaza Palestina. (dian)

sumber : bsmipusat.net

Kamis, 05 Februari 2009

BSMI Operasi Katarak di Palestina

BSMI SURABAYA PEDULI KEMANUSIAAN


Gaza City - Relawan medis Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), dr. Jamaluddin, SpM mengoperai mata seorang anak Palestina yang menderita katarak. Sebanyak tujuh tim medis terlibat pada operasi yang dilakukan di Rumah Sakit Uyum, Gaza ini. Operasi yang dilakukan di RS Uyum, Gaza, ini dilakukan sebagai bagian dari bantuan medis BSMI untuk warga Palestina akibat serangan Israel.

Seperti diberitakan sebelumnya, BSMI juga menyerahkan bantuan seperangkat alat medis untuk Palestina. Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Ketua Umum BSMI dr. Basuki Supartono dan diterima pihak Rumah Sakit Al-Syhfa di Gaza, Palestina. Alat-alat medis tersebut berupa peralatan bedah tulang dan mata, serta perlengkapan anastesi. Bantuan ini diharapkan dapat membantu para korban luka-luka akibat serangan Israel.

Selain alat-alat medis, BSMI juga memberikan bantuan berupa tiga uni mobil ambulan dan obat-obatan. Bantuan senilai Rp 3 miliar ini diharapkan dapat meringankan derita para korban luka-luka akibat serangan Israel terhadap Palestina. (jati)

sumber : bsmipusat.net

AMBULANCE BSMI MASUK GAZA


BSMI SURABAYA PEDULI KEMANUSIAAN

Tiga unit mobil ambulans sumbangan dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) memasuki pintu perbatasan Raffah melalui Mesir. Meski perjalanan ke Gaza sekitar 500 km dari Mesir dan harus melalui sejumlah pemeriksaan yang sangat ketat di beberapa pos perbatasan, bantuan dari Indonesia ini akhirnya bisa masuk ke wilayah Palestina.

Pembelian ambulan ini sendiri difasilitasi oleh Human Relief Agency dan Medical Egyptian Syndicate melalui Sekjennya, Dr. Abd El - Kader Hegazy di Kairo, Mesir. "Dana pembelian ambulan ini merupakan kumpulan donatur dari sejumlah masyarakat Indonesia yang sangat peduli dengan penderitaan rakyat Palestina. Semoga ambulans tersebut bisa digunakan sebaik-baiknya dalam membantu korban di Palestina" ujar Ketua Umum BSMI dr. Basuki Supartono. (jati)

sumber : bsmipusat.net

BSMI DONASIKAN ALAT-ALAT KESEHATAN UNTUK PALESTINA


BSMI SURABAYA PEDULI KEMANUSIAAN



Gaza City - Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) menyerahkan bantuan seperangkat alat medis untuk Palestina. Bantuan senilai Rp 500 juta diserahkan langsung oleh Ketua Umum BSMI dr. Basuki Supartono, SpOT, FICS, MARS dan diterima oleh pejabat teras RS Al-Shifa di Gaza, Palestina. Alat-alat medis tersebut berupa peralatan bedah tulang dan mata, serta perlengkapan anastesi. Bantuan ini diharapkan dapat membantu para korban luka-luka akibat serangan Israel.

Selain alat-alat medis, BSMI juga memberikan bantuan berupa tiga unit mobil ambulans dan obat-obatan. Bantuan senilai kurang lebih Rp 3 miliar ini diharapkan dapat meringankan derita para korban luka-luka akibat serangan Israel terhadap Palestina. (jati)

sumber : bsmipusat.net

Menghibur Anak-Anak Palestina


BSMI SURABAYA PEDULI KEMANUSIAAN



GazaCity - Sejumlah sukarelawan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) berfoto bersama anak-anak Palestina yang saat ini masih duduk di bangku sekolah. Berfoto dan bercengkarama bersama para sukarelawan asing yang datang ke Gaza merupakan hiburan tersendiri bagi anak-anak Palestina yang sehari-harinya dibombardir bom dan peluru oleh Israel.

Menurut Koordinator bidang pelayanan kesehatan BSMI, dr. Prita Kusumaningsih, SpOG (paling kiri) yang saat itu di Gaza, merupakan kesenangan sendiri melihat anak-anak di Gaza dengan wajah senyum dan riang gembira. Selain memberikan perawatan medis kepada pasien, relawan medis BSMI juga menyempatkan bercengkrama dengan anak-anak yang saat ini masih dalam keadaan tercekam oleh Israel. (jati)

sumber : bsmipusat.net

Ambulance Bulan Sabit Merah Di Rudal Israel


BSMI SURABAYA PEDULI KEMANUSIAAN


GazaCity- Sebuah ambuan milik Bulan Sabit Merah (Red Crecent) hancur oleh bom Israel. Ambulans tersebut dibom Israel yang saat itu sedang membawa para korban ke Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza City. Akibatnya, ratusan korban luka-luka terlambat dievakuasi.

Baru-baru ini, Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) melalui relawan yang sedang di Gaza memberikan bantuan berupa tiga unit mobil ambulan untuk Palestina. Bantuan yang berasal dari donasi masyarakat Indonesia dan sejumlah instansi melalui BSMI itu diharapkan bisa membantu kegiatan untuk transportasi medis di Gaza.

Penyerangan Israel terhadap fasilitas kemanusiaan ini bukanlah yang pertama kalinya. Sebelumnya, Israel juga menghancurkan rumah sakit dan fasilitas kemanusiaan lainnya yang seharusnya menjadi wilayah netral saat terjadi perang. (jati)

sumber ; bsmipusat.net

VIDEO BSMI DI BANJIR BOJONEGORO 2009 (1)

VIDEO BSMI DI BANJIR BOJONEGORO 2009 (2)

PEDULI BANJIR BOJONEGORO

PEDULI BANJIR BOJONEGORO

PEDULI BANJIR BOJONEGORO 2

PEDULI BANJIR BOJONEGORO 2

BSMI JUGA PEDULI BANJIR PASURUAN JANUARI 2009

BSMI JUGA PEDULI BANJIR PASURUAN JANUARI 2009
SALURKAN BANTUAN MELALUI REKENING BSMI Bank Muamalat Indonesia: 701 005 2115 (an. Bulan Sabit Merah Indonesia). BSMI KIRIM TIM MEDIS UNTUK KORBAN BANJIR PASURUAN 29 JANUARI 2009

BSMI SURABAYA PEDULI PALESTINA

BSMI SURABAYA PEDULI PALESTINA

BSMI Berangkat ke Gaza

Get the Flash Player to see this player.
Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Kamis (1/1) mengirimkan tim medis, dana kemanusiaan dan obat-obatan ke Palestina.

BSMI sendiri mengirimkan 2 dokter ahli ke Palestina, yang bertugas membantu korban sipil Palestina yang mengalami luka-luka akibat serangan biadab Israel.

Ketua Umum BSMI dr. Basuki Supartono menyatakan, tim BSMI berangkat ke Palestina merupakan delegasi dari pemerintah.

Tim BSMI akan membawa dana kemanusian, obat-obatan vitas seperti antibiotik, anti tetanus, antinyeri dan obat ortopedi untuk trauma perang. Obat-obatan itu untuk kondisi darurat.

Selain itu dr. Basuki menyatakan, pihaknya telah mengumpulkan dana kemanusian sebanyak Rp 350  juta. Dana itu akan langsung diserahkan kepada korban warga Palestina ataupun untuk keperluan medis.

| Rep/Kam: Alam | Penulis: Syarif | VO:Maya | Editor Video:Uche |

DERITA KEMANUSIAAN DI PALESTINA 2009

BSMI DI SELURUH INDONESIA

Blokade Ekonomi di Gaza 2006-2008

DERITA RAKYAT GAZA AKIBAT BLOKADE ISRAEL

Tahun 2006 : Pangabdian Tim BSMI Ke Lebanon

Tahun 2006 : Pengabdian Tim BSMI ke Lebanon (2)

Tahun 2006 : Pengabdian Tim BSMI ke Lebanon (3-Habis)