Sisi kemanusiaan tak lepas dari profesi dokter. Tak pandang waktu dan tempat, ia tetap saja mengutamakan keselamatan manusia. Termasuk pula di daerah konflik dan bencana. Pertolongannya sangat dibutuhkan.
DOKTER relawan adalah sebutan untuk para dokter yang bertugas di daerah konflik dan bencana. Mereka biasanya pergi ke suatu daerah ditemani dengan paramedis. Di Balikpapan, dokter relawan tergabung dalam organisasi Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Di sini, bukan hanya dokter dan paramedis yang menjadi anggotanya.
Masyarakat umum pun dapat menjadi anggota BSMI. Pada Desember 2004 silam, terjadi bencana tsunami di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Korban meninggal dunia tercatat 166 ribu jiwa lebih. Sedangkan korban luka-luka mencapai 7 ribu orang. Melihat kondisi kian parah ini, BSMI mengutus beberapa dokternya untuk menjadi relawan di Bumi Serambi Makkah itu.
Adalah dr Hadi Yuniarko, ketua BSMI Balikpapan, salah satu dokter yang bertugas menjadi relawan untuk mengobati korban tsunami. Menurutnya, panggilan naluri seorang dokter memaksanya untuk meninggalkan praktik dan keluarga tercinta. Padahal di praktiknya ini, Hadi dapat meraup uang jutaan rupiah hanya dalam beberapa hari.
Hadi dan dua rekan paramedisnya berangkat ke Aceh dengan membawa bekal obat-obatan sebanyak 600 kilogram. Sesampainya di Aceh ia bergabung dengan petugas relawan lainnya. Baik dari organisasi dalam negeri maupun LSM asing. Saat itu keterbatasan alat untuk melakukan tindakan operasi menjadi kendala utama.
Pria kelahiran Balikpapan itu diberi tugas menjadi Wakil Rumah Sakit Lapangan di Lamlagang, Banda Raya, NAD. Hadi dan dua rekannya dari Balikpapan berhasil mendatangkan peralatan medis dan laboratorium ke rumah sakit ini. Di perjalanan darat, mereka mendengarkan desingan peluru ketika memasuki kawasan konflik.
Tentara Nasional Indonesia dan Tentara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) masih berperang. Bahkan, tak jarang rombongan relawan ini juga ikut diperiksa ketika melewati pos-pos penjagaan TNI. “Pernah juga ketemu dengan tentara GAM. Mereka tahu kita dokter relawan, makanya mereka sopan ketika bertemu teman-teman BSMI,” kata Hadi.
Hingga kini RS yang dibangun bekerja sama dengan Malaysia masih digunakan. Sebagian peralatannya seperti alat radiologi, hematologi dan peralatan laboratorium kimia darah merupakan hasil kerja keras dokter relawan dari Balikpapan.
Sebagian lagi dari Negeri Jiran Malaysia. Sekarang, di tengah kesibukannya menjalankan praktik siang malam, Hadi masih menyempatkan menghimpun dana untuk Palestina. Bahkan ia membuka pendaftaran bagi dokter yang bersedia dikirim menjadi relawan ke Palestina.(*/jaz)
sumber : Kaltim Post, 18-1-2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar